Banda Naira, Tanah Rata— Cahaya lampu yang memantul pada dinding batu Benteng Nassau menciptakan suasana yang megah dan penuh sejarah ketika Banda Heritage Festival 2025 resmi ditutup dalam sebuah upacara meriah pada malam hari di Desa Nusantara, Kecamatan Banda. Benteng peninggalan penjajah yang telah berdiri ratusan tahun itu kembali menjadi saksi perjalanan budaya Banda, kali ini melalui sebuah seremoni pamungkas yang menggabungkan tradisi, seni, dan kebanggaan masyarakat dalam satu perayaan yang memukau.
Acara dimulai dengan penampilan tarian Cakalele, tarian perang khas masyarakat Banda, yang pada malam itu dibawakan oleh para penari dari Desa Dwiwarna atau Kampung Ratu. Suara tifa yang berdentum ritmis, gerak para penari yang penuh semangat, serta nuansa sakral dari tarian tersebut membuat seluruh penonton terpukau. Mereka dibawa seolah kembali ke masa lalu ketika Cakalele menjadi simbol keberanian, kehormatan, dan jiwa kepahlawanan leluhur Banda. Pembukaan ini menjadi tanda dimulainya malam penuh keindahan budaya di bawah langit Banda yang hangat.
Setelah Cakalele, panggung budaya kembali hidup dengan penampilan Tarian Pajoge yang digagas oleh Sanggar Topoassa Negeri Administratif Tanah Rata. Tarian yang lembut namun penuh wibawa ini mencerminkan kekayaan budaya Nusantara yang saling berbaur dan hidup di Kepulauan Banda. Gerakan penarinya yang anggun, kostum adat berwarna cerah, serta alunan musik tradisional membuat suasana malam semakin semarak. Dua penampilan ini menjadi bukti bahwa Banda Heritage Festival bukan sekadar acara, tetapi sebuah panggung yang mempertemukan sejarah, keberagaman, dan identitas budaya masyarakatnya.
Malam penutupan mencapai puncaknya ketika Bupati Maluku Tengah, Bapak Zulkarnain Awat Amir, naik ke panggung utama dan secara resmi menutup Banda Heritage Festival 2025 dengan pemukulan tifa, simbol syukur dan penanda berakhirnya festival. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi yang mendalam atas suksesnya pelaksanaan festival yang telah berlangsung selama empat hari penuh. “Banda selama 4 hari telah menjadi panggung dunia, yang menampilkan kekayaan budaya, tradisi dan keindahan alam yang memukau,” ujarnya dengan bangga, disambut tepuk tangan meriah dari masyarakat yang memenuhi halaman benteng.
Acara penutupan semakin meriah dengan kehadiran beberapa artis Maluku yang tampil menghibur masyarakat Banda. Alunan musik, lampu panggung, dan sorak gembira para pengunjung menjadi penutup sempurna bagi rangkaian festival yang telah menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Suasana malam itu bukan hanya penuh hiburan, tetapi juga menjadi momen kebersamaan yang mempererat rasa persatuan masyarakat Banda.
Atas terselenggaranya Banda Heritage Festival 2025 yang begitu meriah dan sensasional, seluruh masyarakat Banda menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Secara khusus, warga Desa Tanah Rata memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah bekerja keras, mulai dari panitia, peserta, hingga pemerintah daerah, sehingga festival tahun ini dapat terlaksana dengan sangat baik. Harapan pun disampaikan agar event ini dapat kembali digelar pada tahun-tahun berikutnya dengan skala yang lebih besar, lebih meriah, dan lebih sensasional.
“Sampai jumpa di Banda Heritage Festival selanjutnya—lebih megah, lebih meriah, dan terus membawa nama Banda ke panggung dunia.”
Artikel ini diterbitkan oleh Tim Website Negeri Tanah Rata