Tanah Rata, Banda Neira— Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan Sampah Negeri Administratif Tanah Rata menggelar rapat perumusan rencana kerja pada Jumat (17/10/2025), pukul 09.00–11.40 WIT. Kegiatan ini difasilitasi oleh Yayasan BINTARI, lembaga lingkungan yang aktif mendampingi masyarakat dalam memperkuat kapasitas pengelolaan sampah secara berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Kehadiran Yayasan BINTARI di Tanah Rata menjadi angin segar bagi warga negeri. Pendampingan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada aspek teknis pengelolaan sampah, tetapi juga pada penguatan kelembagaan masyarakat, peningkatan literasi lingkungan, dan pembangunan kesadaran kolektif. Melalui metode partisipatif, BINTARI mendorong setiap warga — dari nelayan, ibu rumah tangga, hingga pemuda — untuk menjadi bagian aktif dari solusi, bukan sekadar penerima program.
Pendekatan ini terbukti efektif menumbuhkan rasa memiliki terhadap gerakan bersih negeri. Setiap keputusan dalam forum Pokja tidak lagi dianggap sebagai kebijakan dari “atas”, melainkan hasil musyawarah dari “dalam” — suara masyarakat sendiri. Dengan cara itu, keberlanjutan program bukan hanya menjadi slogan, tetapi tumbuh dari akar sosial yang kuat di Tanah Rata.
Pertemuan dibuka secara resmi oleh Kepala Pemerintah Negeri Administratif Tanah Rata, yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas kelompok dalam membangun kesadaran dan sistem pengelolaan sampah terpadu. “Kita tidak hanya membahas sampah, tetapi juga masa depan negeri yang bersih, sehat, dan bermartabat,” ujarnya dalam sambutan pembuka.
Setelah pembukaan, forum diisi dengan penyampaian narasi dari perwakilan nelayan dan perwakilan perempuan dalam sesi bertajuk “Laut Banda Hari Ini.” Narasi tersebut menggambarkan kondisi pesisir dan laut sekitar Tanah Rata yang mulai terdampak oleh sampah rumah tangga dan aktivitas manusia. Suara nelayan dan perempuan ini menjadi refleksi mendalam bahwa pengelolaan sampah bukan hanya urusan kebersihan, tetapi juga tanggung jawab sosial dan ekologi bersama.
Selanjutnya, peserta membahas enam agenda utama sistem pengelolaan sampah negeri, yaitu:
-
Tempat Pengelolaan Sampah (TPS 3R)
-
Armada Pengangkutan
-
Mekanisme Pengumpulan
-
Pengelolaan Sampah
-
Pembentukan Operator Pengelolaan Sampah (OPS)
-
Pembiayaan OPS dan Iuran Warga
Dari hasil pembahasan, Pokja menghasilkan beberapa keputusan penting:
-
Konsensus lokasi TPS 3R atau rumah komposter, dengan memastikan akses bagi seluruh warga dalam jalur Gerakan Desa Inklusif (GDI).
-
Keputusan armada dan rute final pengangkutan sampah yang lebih efisien untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dan mencegah backtracking.
-
Penyusunan jadwal pengumpulan sampah yang menyesuaikan ritme aktivitas warga.
-
Kesepakatan alur operasi, strategi, dan teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
-
Penetapan personel OPS dengan keseimbangan gender, di mana perempuan berperan pada bidang komposting dan administrasi, sementara laki-laki bertugas di bidang logistik dan pengangkutan.
-
Penetapan gaji OPS serta konsensus besaran iuran warga beserta syarat pemberlakuannya melalui mekanisme musyawarah.
Pertemuan berlangsung dinamis dan partisipatif. Setiap kelompok warga diberi ruang untuk menyampaikan pandangan dan masukan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi masyarakat.
Menjelang akhir kegiatan, suasana forum dipenuhi semangat gotong royong. Para peserta menyepakati bahwa gerakan bersih negeri hanya akan berhasil jika dijalankan bersama — dari rumah tangga, pesisir, hingga seluruh lapisan masyarakat Tanah Rata.
“Gerakan ini bukan sekadar mengurus sampah, tetapi membangun kesadaran baru untuk menjaga lingkungan tempat kita hidup,” ungkap salah satu anggota Pokja dengan optimis.
Dengan semangat kolaborasi dan dukungan Yayasan BINTARI, Negeri Administratif Tanah Rata menegaskan komitmennya menjadi contoh negeri pesisir yang mandiri, tangguh, dan berdaya dalam mewujudkan lingkungan yang bersih serta sehat untuk generasi mendatang.
(Artikel ini diterbitkan oleh Tim Redaksi Website Desa Tanah Rata)